Rabu, 31 Desember 2014

Seruas Jalan

Suatu hari, aku melihatmu berdiri sebagai perdana menteri, memberi sambutan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan.
Aku tidak di sana saat itu. Aku hanya duduk di sofa, bersama tumpukan buku-buku, dan melihatmu dari layar kaca.

“Aku ingin menjadi kepala desa saja.” Tiba-tiba dia menyeletuk setelah membaca penggalan tulisan itu.
“Kepala desa juga bagus." Aku menanggapi.

Hari itu, kami sedang membahas tentang tanah-tanah di sekitar pantai yang dimiliki orang-orang asing.
“Itu bentuk penjajahan lain. Pribumi menjadi pelayan di negerinya sendiri.”
Aku mengiyakan.
“Kalau aku pemimpinnya akan kubuat peraturan keras.”
“Aku juga. Tapi aku bisa berbuat apa?”
“Hmmm…”
“Jadi benar kan, kau ingin jadi perdana menteri?”
“Aku ingin kuliah ke Aussie.”  Dia mengalihkan pembicaraan.
“Apa itu salah satu impian terbesarmu?” tanyaku.
Dia tertawa. “Aku ingin belajar lagi aja.”

Aku tersenyum, dan diam-diam berdoa, semoga keinginannya itu terwujud.
Aku selalu menyukai orang-orang yang memiliki semangat tinggi dalam belajar, dan berjuang untuk mewujudkan impiannya. Bagiku, akan banyak bonus ketika seseorang belajar di negeri orang. Selain ruang-ruang, bangku-bangku, buku-buku, pasti ada banyak pengalaman hidup berharga yang akan didapat.

Lalu, entah pagi yang keberapa setelah percakapan itu, kami berbincang lagi.
“Aku lagi search university untuk aplikasiku.  Ada University of Melbourne. ”
“Semoga berhasil,” kataku penuh harap.
Lalu aku pergi, tapi tiba-tiba teringat seruas jalan yang pernah kusimpan di folderku.



Seperti seruas jalan ini
Harapan itu selalu ada
Berusaha terus, berdoa dengan ikhlas
Dan Tuhan akan memberikan mana yang terbaik untuk hamba-Nya.


#cerita ini tidak diikutkan GA apapun :D

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...