Senin, 27 Februari 2012

IZMI & LILA



Ini novel ke-3 mbak Riawani Elyta yang saya baca. Setelah sebelumnya  aroma dan lezat Tarapuccino melekat di otak  saya berhari-hari. Tokoh Tara, seorang gadis cerdas, mandiri, namun agak keras kepala mampu mencuri hati saya. Juga kejutan manis di Hati Memilih,  yang sekarang sudah best seller (selamat ya Mbak Ria). Maka jujur saja, Izmi dan Lila membuat saya penasaran. Apalagi yang akan dicerita mbak Riawani Elyta? Batin saya.
Di awal, saya langsung diseret dari tempat duduk ke suasana Bugis Street. Bertemu Izmi yang pagi-pagi sudah dapat masalah. Lalu ke Bedok Reservoir Rd, menemui Lila yang tertunduk lesu karena peningkatan kurs dolar yang melesat jauh. Pembuka yang keren.
Lalu, novel ini semakin asyik ketika sampai di Stamford College. Melihat gambaran mahasiswa di sana. Dan saya tak bisa melepaskan novel ini lagi ketika mengikuti Lila yang berjalan di antara gedung pencakar langit untuk mencari sebuah tulisan Hong Leong. Untuk apa coba?
Izmi dan Lila dipertemukan di bawah langit Singapura. Saat  keduanya dihadapkan pada sebuah pilihan, bertahan, berjuang atau menyerah. Sebuah pertemuan yang menjadi awal persahabatan mereka dalam petualangan-petualangan tak terduga.
Kepiawaian mbak Ria dalam bertutur membuat saya tidak bosan membaca novel ini. Sesekali saya tersenyum, namun pada beberapa bagian saya juga tertawa-tawa. Ada kelucuan cerdas yang begitu alami, entah disengaja atau tidak saat menulisnya. Ada juga bagian yang sukses membuat saya terharu hingga menitikkan air mata. Dan di bagian lain saya sangat geregetan saat menemukan potret lain tentang ulah beberapa mahasiswa Indonesia.
Yup, setelah menutup novel itu, ingatan saya kembali pada beberapa tahun lalu, saat mendengar kalimat, “Nggo apa sekolah adoh-adoh, suk ya gak bakalan dadi garan arit.” Yang artinya, buat apa sekolah jauh-jauh toh gak bakal jadi pegangan sabit alias orang “besar”.
Dan memang, saya tidak jadi garan arit, siapa juga yang mau jadi pegangan sabit? Saya juga bukan lulusan terbaik.  Tapi saya mendapatkan pengalaman yang  berharga dalam perjalanan belajar saya yang sangat berguna hingga kini.
Ya, saya memang bukan seperti Izmi dan Lila, yang mendapat kesempatan belajar di luar negeri. Saya hanya bergeser dari kampung ke kota. Namun dalam beberapa hal, saya seperti bisa merasakan bahwa yang dialami Izmi dan Lila juga pernah saya alami.
Lagi-lagi,  saya harus mengacungka jempol untuk novel ini. Kisah persahabatan sejati, perjuangan yang penuh warna, menyentuh dan inspiratif. Membacanya saya seperti menemukan kepingan-kepingan puzzle yang saling melengkapi.
Novel yang sayang untuk dilewatkan. Bagi siapapun yang menghargai arti penting perjuangan dan persahabatan. Dan juga bagi mereka yang hanya memandang  hasil, tanpa melihat proses, baca deh. :)

Judul : Izmi & Lila
Penulis: Riawani Elyta
Penerbit: Diva Press

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...