Kamis, 21 Maret 2013

Proses itu Mantra



Tiba-tiba saya merenung memegang dua buah majalah dan sebuah novel yang datang di bulan Maret ini. Tiga tulisan yang masing-masing saya tulis di tahun yang berbeda namun muncul di tahun dan bulan yang sama.

Sebuah novel dengan judul “Always be in Your Heart” pemenang ketiga lomba romance Qanita-Mizan. Novel dengan setting Lorosa’e sebelum dan pasca referendum Timor timur 1999. Ide awalnya untuk fabel tentang dua ekor anjing Lon dan Royo. Tapi karena waktu itu ada lomba romance, jadi diperkuat sisi romance-nya, maka hadirlah  Marsela dan Juanito. Tapi, Lon dan Royo tetap menjadi tokoh penting, meskipun sudut pandang hewan hanya di prolog dan epilog. (Ditulis tahun 2012)

Kedua, cerbung “Ruang Cinta yang Kujaga” yang dimuat di majalah Story. Tentang seekor harimau dan pemuda yang suka bertualang. Ini duet dengan Julian, fabel harimau putih. (Ditulis tahun 2010)
Ketiga, cerpen “Lelaki Berwajah Tembaga” yang dimuat di majalah Embun. Berkisah tentang seorang lelaki tua pembuat batu bata dan kucingnya yang bernama Lempung. Bercerita dari sudut pandang kucing. (Ditulis tahun 2011)

Satu yang sama dari ketiganya, yaitu ide awalnya semua ada hewannya!
Ya, menulis memang seperti menanam. Masing-masing pohon punya masa sendiri-sendiri untuk berbuah dan siap dipanen. Kalau dibayangkan masa yang panjang itu memang terasa ngelangut. Tapi semua penantian dan proses itu rasanya terbayar saat tulisan itu satu persatu menemukan jodohnya. Pada akhirnya, proses menjadi dongeng indah untuk selalu diceritakan berulang-ulang. Bahkan dijadikan mantra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...