"Katanya harimau musuh kita ya?" "Aku tidak tahu." "Katanya juga leopard tak perlu dikasih ampun!" "Aku juga tidak tahu." "Banyak yang bilang begitu." "Tapi kata ibu, lebih baik kita diam jika tak benar-benar tahu." "Katanya kan?" "Sejak kapan kau banyak bicara?"
"Sejak kudengar katanya kelak kalau sudah dewasa kau dan aku akan
bertarung, untuk memperebutkan siapa yang berhak menjadi penguasa." "Ah, itu hanya katanya. Aku tak percaya!"
Aku meletakkan kaki kiriku di lehernya, dan kami sama-sama diam. Aku
benci, betapa banyak sekali kudengar "katanya" di rimba ini. Aku tak
sanggup membayangkan, jika persahabatan yang hangat ini kelak menjadi
pertarungan yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar