Nostalgia ketika nulis duet bareng Mbak Riawani Elyta nih.
Ketika kami sepakat dengan bagian masing-masing. Maka hak
masing-masing penulis untuk memberi nama. Nama-nama tokoh manusia adalah
nama dari Mbak Riawani Elyta. Molly, Archi, Andrea, Nick, dll.
Sedangkan nama orangutan dari saya (Shabrina Ws).
Bagi saya,
membuat fabel, yang bercerita dari sudut hewan, sebenarnya nama menjadi
hal yang bisa penting bisa tidak. Fabel yang berhasil, terutama yang
untuk remaja ke atas, adalah ketika dibaca, pembaca merasa bahwa yang
bertutur adalah binatang, bukan manusia. Menulisnyapun harus dibatasi
hal-hal yang kira-kira sebatas itulah pengetahuan si binatang.
Maka, dalam novel orangutan ini, pada bagian pov binatangnya pun, nama
pada akhirnya menjadi hal penting. Karena si aku akan menyebut
tokoh-tokoh terdekat dalam hidupnya.
Saya butuh waktu lama, untuk
menemukan nama yang pas, yang kira-kira bisa diselipkan dari sudut
pandang binatang. Perihal nama, tentu saja kita tidak pernah mengerti
bagaimana para binatang memberikan pada anak-anaknya.
Seperti
yang sudah saya ceritakan. Bahwa untuk menulis dari pov binatang, saya
mengumpulkan puluhan foto orangutan dalam berbagai pose. Saya amati
setiap hari. Saya kumpulkan data-data, tentang gerak-geriknya. Antara
foto-foto yang terkumpul, berita yang pernah saya lihat di televisi,
artikel-artikel tentang orangutan, pengetahuan tentang pohon,
ingatan-ingatan masa kecil perihal aroma hutan, semua saya kumpulkan,
lalu saya endapkan. Semua bahan itu, kemudian saya olah menjadi tutur,
gerak, tingkah laku, perasaan dan tentu saja nama.
Maka, ketika
kata Ping hadir dalam kepala saya, menyusul kemudian, Pong, Peng, Pung,
Pang. Saya lalu berpikir, ini hal yang bisa diselipkan dalam fiksi,
bahwa dalam kelompok orangutan, meraka akan menamai keturunan mereka
sesuai huruf awal. Bing, Bong, Sing, Song, Ying, Yang, dan seterusnya.
Ping sendiri bisa jadi punya bapak yang bernama Pong atau Pang, atau ibu yang bernama Peng.
Lalu Jong. Awalnya Jong ini bernama Pong. Agak ragu dengan nama itu.
Sampai Mbak Riawani mengingatkan, kalau mereka bukan saudara kandung.
Memang benar, bisa saja seperti manusia bahwa binatang kebetulan punya
nama sama. Tapi dalam fiksi kebetulan sebisa mungkin disingkirkan. Maka,
saya ucapkan berulang-ulang beberapa kata, hingga sreg dengan nama
Jong. Ibunya bernama Jing, bapaknya bernama Hong.
Jadi nama Jong mengikuti garis nama dari ibunya.
Lalu, kenapa ketika ditemukan manusia bernama Karo? Karena Karo adalah
nama pemberian manusia, yakni orang-orang di kelompok penyelamatan
satwa. Dan meskipun berulang-ulang Ping mendapat panggilan Karo, namun
dia tahu bahwa dia bernama Ping, nama dari ibunya.
Begitulah
proses pencarian hingga penemuan nama orangutan di novel PING A Message
from Borneo. Bukan nama yang asal ambil, atau asal mampir ke kepala.
Tapi membutuhkan renungan.
Semoga adanya masalah ini bisa cetul lagi yeyeyyeyeye
BalasHapussemoga cetak ulang lagi, mba.
BalasHapus