Jumat, 18 Maret 2011

Tarapuccino


Kisah dari Batam

Sudah lama aku mendapat ticket ini. satu ticket gratis ke kota Batam. Sebenarnya bukan hanya Batamnya yang menarik aku sih, tapi karena seorang temanku, mbak Ria, mengatakan kalau di sana ada sebuah bakery yang sayang untuk di lewatkan.
Maka, tadi pagi, setelah aku mengisi halamanku dengan sepotong kisah pagi yang manis, aku segera terbang ke Batam. Sebenarnya aku ingin mengabari mbak Ria dan mengajak kopdaran, tapi rasa penasaranku sudah melebihi batas rupanya. Sehingga aku meluncur sendiri ke Bread Time Bakery, yang berada di salah satu sudut busyness center dan menghadap pasar tradisonal.
Memasuki ruangan yang bernuansa peach aku langsung disambut dengan aroma roti panggang dengan semerbak butter dan vanili.
Langsung ku pesan kue muffin dan secangkir tarapuccino bertabur bubuk kayu manis. Kusesap dengan mata terpejam. Hemm sepertinya aku tak mungkin meninggalkan cangkirku sebelum benar-benar kosong.
Beberapa detik kemudian aku menemui sepasang bakery owner Raffi dan Tara. Waw sepasang pengusaha muda yang mengagumkan. Tara yang manis, santun, cerdas dengan ide-ide jitu dalam mengembangkan Bread Time dan Raffi yang…ahai! Diam-diam mengagumi Tara.
Kukira Tara pun begitu, secara, kulihat mereka pasangan yang serasi. Namun Tara berbisik padaku kalau ternyata diam-diam Tara selalu memperhatikan salah satu pengunjung setia Bread Time yang selalu datang di pagi hari hanya untuk memesan Cinnamon Cappucino. “Hazel,” Begitulah dia menyebut namanya saat kami berkenalan.
“anda sering ke sini?”tanyaku
“tiap pagi.” Jawabnya cuek sambil terus mencoret-coret kertas di hadapannya.
“nuansa peach di sinilah yang membuat saya selalu ke sini setiap pagi. Nuansa yang membangkitkan kenangan saya kepada seseorang dari masa lalu”
Kembali aku menyesap tarapuccinoku. Aku tersentak ketika aku tahu Hazel kemudian menjadi bagian dari Bread Time.
Lalu kukunyah pelan muffin di mulutku. Dan kutemui peristiwa demi peristiwa terjadi di Bread time pasca bergabungnya sosok misterius itu. Aku menghentikan kunyahan muffinku saat Bread time nyaris hancur.
Segera kusesap kembali tarapuccinoku. Lalu kudapati peristiwa demi peristiwa kas kota Batam seperti yang selama ini kudengar. Barang-barang illegal yang diselundupkan. Juga mafia dan sindikat yang bikin merinding karena menggunakan segala macam cara untuk mencapai tujuannya. Iiih, aku benar-benar berada di Batam, kota hiruk pikuk yang menyimpan banyak rahasia.
Aku mengunyah suapan terakhir muffinku. Sulit kutelan, sebuah rasa kesedihan yang membuat mataku panas, terungkapnya sebuah rahasia tentang seseorang dari masa lalu Tara.
Buru-buru kusesap Tarapuccinoku tanpa sisa. Dan kutulis di catatan kecilku. Tidak rugi aku jauh-jauh datang ke sini. Kalau aku ke sini saat aku kuliah, pasti aku bermimpi menjadi Tara sang pemilik Bread Time. Keren gitu lho.
Hem…Kue, coffe, cinta, persaingan bisnis, illegal trading, diramu begitu cerdas dan manis oleh mbak Riawani Elyta dan mbak Rika Y Sari, menjadi secangkir tarapuccino yang nikmat. Ada sensasi luar biasa dalam setiap sesapannya yang melibatkan semua inderaku. Hebat!
Aku bangkit dari kursiku, bersiap pulang ke Gading Kirana. Kulirik selembar tiket bertuliskan:
Judul buku: Tarapucci
Penulis : Riawani Elyta dan Rika Y Sari
Penerbit : Afra publishing
248 delapan halaman, oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...