Kamis, 12 Januari 2012

Senja di Teluk Wondama


Bismillahirrahmanirrahim

Senja di Teluk Wondama
Teluk Wondama, dua kata yang diucapkan Satria itu membuat Miyosi rela mengambil sebagian besar tabungannya. Bagi Miyosi inilah saatnya memulai langkah pertamanya. Bersama Satria, menuju tempat yang sama dengan tujuan berbeda.
Miyosi mendapatkan kejutan demi kejutan. Berawal dari pertemuannya dengan Yosef dan percakapan dalam kapal dari Pelabuhan Manokwari ke Pelabuhan Wasior, serta peristiwa-peristiwa yang ditemui di kampung Dusner.

Senja di Teluk Wondama, salah satu cerpen dari 11 cerpen bertema bahasa.

Antologi ini mirip orkestra yang memainkan berbagai alat musik menuju suara yang padu di dalam harmoni yang menggugah hati. Indah sekali. (Korrie Layun Rampan, Sastrawan, Pendiri dan Pengelola Rumah Sastra Korrie Layun Rampan di Kalimantan Timur)

Membaca cerpen-cerpen dalam buku ini yang ada ialah rasa senang dan bahagia. Senang lantaran saat membaca cerpen demi cerpen pembaca dapat merasakan aneka rasa sajian yang beragam. Keberagaman itu dalam garis besarnya menyangkut pentingnya berbahasa, berbangsa, bertanah air Indonesia yang memang beragam. Cerpen-cerpen yang dituturkan secara lincah dan renyah niscaya akan menarik perhatian generasi muda. Ya, generasi muda (remaja, siswa, dan mahasiswa) selayaknya mengoleksi buku ini dan membaca tuntas cerpen-cerpen yang memang layak diapresiasi. Selamat membaca dan memetik hikmah berupa makna. (Dimas Arika Mihardja, Dosen, Sastrawan Indonesia, Direktur Eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi, Indonesia)
***
Senja di Teluk Wondama, saya tulis februari 2011, lalu menjadi salah satu penghuni  di folder saya. Dan ketika ada seleksi cerpen bertema bahasa saya berpikir ini cerpen yang cocok. Namun ternyata saya tidak bisa langsung mengirimkan begitu saja. Saya membaca berkali-kali, mengedit berkali-kali, dan berkali-kali pula menemukan sesuatu yang membuat saya kurang sreg. Maka, acara “jalan-jalan” bersama eyang Google pun di mulai. 
Menjelajah kota lain, tanah lain, dari sudut teras saya selalu menjadi pengalaman yang luar biasa. Saya juga menemukan teman baru, Kak Amos, dari Wosi Manokwari, dan berharap beliau bisa membaca buku ini.
Ya, ini memang hanya cerpen, tapi saat menulisnya saya merasa ada di sana, di tanah itu, di kampung itu…benar-benar menemukan kejutan itu…

Senja di Teluk Wondama
Kumpulan cerpen
Harga @25 ribu
Berminat? Silakan inbok fb atau bisa langsung ke penerbit Tuas Media atau sms ke 087815594940

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...