Sabtu, 25 Agustus 2012

Delapan Belas Tahun Kemudian


Waktu itu kita masih mengenakan seragam merah putih, saat menirukan lagu-lagu yang sering terdengar dari radio tua. Pergi menjauh dari setapak jalan yang kita lewati setiap hari adalah hal yang sangat istimewa. Pun ketika kita datang ke tempat ini, menjadi  kemewahan tersendiri bagi anak-anak di lahan petanian.

Aku, tentu saja masih mengingat dengan jelas perjalan itu, saat kita semua menggerutu, mendengus dan menutup hidung karena seorang teman muntah setelah makan telur rebus. Aku bahkan ikut tertular mual yang sama, meski dengan keringat dingin dan gigil aku berhasil menahannya.

Aku, kau, kita semua. Anak-anak yang tak pernah menjauh dari jalan setapak tanah, mengukir kenangan di sini, dulu.

Dan kini setelah delapan belas tahun, aku kembali ke tempat ini, di markas lipatan bumi. Melihat kepingan kenangan yang pernah kita bangun. Lalu sebuah suara membuat kepingan itu menjadi utuh, suaramu yang memanggil namaku.
Kau, aku, kita. Apapun cerita yang mengisi delapan belas tahun halaman lalu, aku tahu, persahabatan kita masih sehangat dulu.



@Monumen Jendral Sudirman, saat bertemu si kembar

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...