Kiss selesai
di penghujung Januari. Awalnya rada tersendat bacanya, karena Urfa selalu minta
kalau saya pegang buku itu. Dia suka banget dengan gambar sandal
kembang-kembang yang ada di kovernya.
Kiss adalah
kisah indah seputar santri, yang merupakan pengalaman Mbak Binta sewaktu di
pesantren Langitan.
Membaca Kiss –sebagai
orang yang nggak pernah mengeyam dunia
pesantren-- rasanya seperti mengintip
kehidupan yang kaya cerita. Ya, kalaupun saya pernah di asrama selama satu tahun itu karena kewajiban.
Peraturannya enggak ketat. Boleh kemana aja pokoknya nggak melebihi jam malam. Kalau
perkara antri, sepertinya di mana-mana sama saja. Tapi yang paling seru adalah
di masing-masing gedung juga disediakan televisi yang jadi santapan manis bagi
pecinta bola saat Piala Dunia 2002) :D. Itu kisah saya, eh tapi setelah angkatan saya nggak
disediakan televisi lagi. :D
Di Kiss, Mbak
Binta menulis dengan gaya bertutur yang khas. Mbak Binta banget deh pokoknya.
Kalau buku ini dibaca bagi yang pernah mukim di pesantren sepertinya akan
bilang “Wah, ini kan aku banget!”. Dan kalau dibaca orang yang nggak pernah
menapakkan kaki di pelataran pesantren ini seperti jendela, tempat melongokkan
kepala, ada apa sih sebenarnya di sana. Seperti apa sih hari-hari mereka.
Kalau di kovernya
tertulis: Lucu! Inspiratif! Penuh hikmah! Itu emang nggak salah. Di halaman-halaman
tertentu saya spontan tersenyum sendiri,
seperti pada judul “Password” ada kalimat, “Mbaaak…mangga sedanten!” (yang artinya: Mbak mari silakan semua) sambil
menggelar makanan kiriman atau oleh-oleh dari rumah. Saya juga tertawa saat
sampai pada judul ‘Jas jus’ dan termenung di ‘Pada Sebuah Tangga Hotel’.
Selain kisah
Mbak Binta, ada juga beberapa kisah
lain, seperti kisah Awy Ameer Qolawun di Ribath atau Masyru’ Almaliky Rusaifah-
Makkah, kisah Mbak Jazimah Almuhyi yang bercerita tentang Kyai beliau yang
demokratis, dan Muhammad Rasyid Ridho yang bercerita tentang Srigala (wuih).
Tulisan lain yang membuat saya nggak bisa nahan tawa adalah, kisah Asheeq
Mustafa yang mendapat gelar ‘Killer’, yang ternyata ampuh seratus persen untuk
menurunkan simpati massa saat kampanye. Ckckck!
Ohya, selain
kisahnya yang beragam, di buku ini juga banyak kata-kata tercetak miring yang membuat saya
harus rajin nengok catatan kaki.:)
Selamat buat
Mbak Binta Almamba atas lahirnya KISS. Seneng bisa membaca kisah-kisah di buku
ini, semoga laris manis dan melahirkan kebaikan berlipat ya. :)
amiiiiiin :)
BalasHapusAllahumma aamiin, makasih ya mba Shabrina :)
BalasHapusPengen baca jugaa
BalasHapusayo ayo :D
BalasHapusayo ayo :D
BalasHapus