Saya menyebutnya pojok online. Karena kalau siang memang lebih banyak online
sambil ditinggal-tinggal. Begitulah, seperti tempatnya yang memang ada di pojok
rumah saya. Bersebelahan dengan rak buku, berdampingan dengan bak pasir mainan
anak-anak dan berseberangan dengan tempat tv. Menemani Urfa nonton film
kesayangannya The Backyardigans, bernyanyi dan menari.
Kalau Urfa sudah tidur, dan tv dimatikan. Maka saya akan
bersandar di dinding, memikirkan bagaimana cerita selanjutnya. Menghirup aroma
udara, menyesap kopi, diiringi detak jarum jam
dan dengung kulkas di dapur. Biasanya renungan itu hanya akan menjadi
status. Tapi saya sering menulis berangkat dari status-status yang pernah saya
posting di facebook.
Prolog di novel PING berangkat dari status: “Kita memang
tidak tinggal di masa lalu, tapi ada harta terindah yang kita bawa dari sana,
yang bisa kita ceritakan berulang-ulang sepanjang ruas jalan kita.”
Atau bagian di novel Always be in Your Heart: “Bagaimana aku
akan pergi, kalau rumahku adalah di hatimu.”
Status tentang jerapah bertanduk yang menjadi novel
“Deling.”
Status kebahagiaan seekor kucing yang menjadi cerpen “Lelaki
Berwajah Tembaga.”
Ya, inilah pojok
tempat saya mengikat ide kemudian saya namai igauan. Kalau mengembangkannya,
biasanya jam 2-4 pagi.
*tulisan ini pun juga ngigau*
mbak, hmmm laptopnya mirip. hihihi *salah fokus
BalasHapussalam kenal mbak :) boleh ini ditiru bikin status ngigau.hihi
Ehehe, iyakah? tos donk :D
HapusIya, saya produktifnya klo bikin status nih, giliran yg panjang butuh tapa berbulan2. Salam kenal juga Mbak, makasih dah mampir :)
igauanmu hasilnya selalu keren kok :)
BalasHapusAhaha, makasiiih...mikirnya berjamjam. Halah ngigau aja mikir nih :D
Hapushehe neaknya pojok online,
BalasHapuswuih rumahku ada dihatimu ngigaunya keren ah
Yuuk mojok Mbak Annur:)
HapusMakasih ya sudah mampir :)
Mbak Brin ngigau aja sekeren itu :))
BalasHapusHaduh Mbak Vanda...hihihi...
Hapusajakin ngigau dunk mbak :D
BalasHapusAyuuk...duduk di teras, lihat langit dan dengarkan alam :D
Hapus