“Demi masa,” ucap Max, memandang jejak musim lalu
di pematang berkelok-kelok itu. Dulu, di sana dia tertawa-tawa, berleha-leha. Hingga
musim berganti, dan padi-padinya tengadah, tanpa isi.
Kini, Max dan Jenny sampai pada musim ini lagi. Di
hadapannya, terbentang dua pilihan. Mengulang kesalahan yang sama, atau bekerja
keras menebar benih di ladangnya.
“Kau tahu Jen, harta apa yang paling berharga? Adalah
ketika Dia, memberi kita kesempatan lagi, memanjangkan waktu kita. Lantas
nikmat-Nya yang manakah yang kita dustakan?”
“Demi masa…”
“Demi masa…”
Gumam Max dan Jenny, seiring embun yang jatuh
dari ujung daun-daun.
Mungkin demi masa juga, harus mengesampikan cinta demi masa depan :)
BalasHapus:)
HapusTerima kasih ya sudah mampir :)
Masya Allah, percakpan kecil penuh makna.
BalasHapusmb yg satu ini emang bsa sja.
makannya klo dalam MC kata mempersingkat waktu itu dilarang alias salah kaprah. karna Allah sudah memberikan waktu yg panjang :)
Iya ya Mbak.
HapusMakasih sudah mampir :)
jadi inget lagu 'demi masa'
BalasHapusawesome song :))
Oh iya, lagu itu ke hati banget.
HapusMakasih sudah mampir :)