Kamis, 06 Februari 2014

Dear Bodyguar: Konflik, Aksi, Ketegangan dan Romance




Konflik, aksi, ketegangan dan romance!

Empat kata itu yang melintas di kepala saya setelah membaca Dear Bodyguard. Kalau saya bilang paket komplit rasanya bukan berlebihan.


Kali ini, Mbak Riawani Elyta menampilkan sosok Aline yang ‘gagah’.

Novel ini dibuka dengan servis yang manis. Pembaca ditarik pada masa lalu Aline yang melahirkan konfrontasi, hingga membawanya pada sebuah pilihan, berprofesi sebagai bodyguard. Dan itu menjadi awal kehidupan yang benar-benar berbeda bagi Aline. Saya pernah membaca bahwa pembuka cerita haruslah menjadi tumpuan untuk membangun apa yang nanti hendak dikembangkan. Maka, bagian prolog ini benar-benar menjadi pondasi yang penting.


Menjadi bodyguard bukanlah profesi sembarangan. Tak ada yang tahu pasti siapa sosok yang kelak akan dia kawal. Meskipun Hilman, agen Aline menetapkan aturan yang ketat. Omong-omong, saya salut dengan Hilman ini meskipun hadirnya sekilas-sekilas tapi aturannya untuk para bodyguard keren banget. Misalnya, jelas tidak boleh merokok dan alkohol. 


Dear Bodyguard ini menarik pembaca sejak prolog, dan bertambah penasaran ketika masuk bab 1. Setting di kantor agen, pertemuan Aline dengan teman-temannya dan calon klien, ditingkahi dengan percakapan Aline dengan teman-temannya, merupakan bagian kecil namun menjadi penting, karena memberi gambaran tentang wanita-wanita yang memilih profesi ‘gagah’ ini.


Pada bab-bab selanjutnya, ketegangan demi ketengan semakin meningkat dan terbangun dengan kecepatan yang terjaga. Ada ancaman yang takterkatakan. Jika pembaca jeli, ada isyarat-isyarat tertentu yang dihadirkan bahkan hanya dengan bahasa mata. Menggiring pembaca untuk mengikuti kecemasan tokoh hingga sampai pada pilihan yang tak terelakkan. (ini terjadi pada adegan Teddy dan Aline di bangunan itu, duh bikin cemas, kasihan, haru gimana gitu deh bagian ini). 
Transisi juga terjadi saat momen-momen yang pas, meninggalkan penasaran yang menggaung. Kadang ada klimaks-klimaks kecil, yang justru memberikan sesuatu yang layak ditunggu.  


Dear Bodyguard, tidak melulu penuh aksi dan ketegangan, namun ada juga bagian humor yang terselip, misalkan saat Aline dan Teddy datang ke pembukaan rumah makan mantannya Teddy. Atau ada juga pesan halus yang menyentuh, ketika Aline berbincang dengan ibunya di dapur. Duh bagian ini haru banget. Aline juga menyadari bahwa seberapapun ilmu beladiri, selengkap apapun senjatanya dan sekuat apapun dia, namun pemilik dan pemberi keselamatan sesungguhnya tetaplah pemilik kehidupan ini. Pesan ini pun terselip halus tanpa menggurui.


Penokohan. Aline ini ditampilkan penuh perhitungan, apalagi saat beraksi menghadapi musuhnya. Saya bahkan bertanya, pada penulisnya, “Apa Mbak menguasai ilmu itu?” :D

Tapi saya jagoin Teddy! Kok bukan Kevin? Mungkin ada yang bertanya begitu. Kevin memang penting. Bahkan Frans ataupun Jimmy,  yang hadir sekilas juga bukan hanya tokoh pelengkap semata. Namun, Teddy ini hadir  sebagai salah satu penggerak cerita.

Teddy membuat saya penasaran, mengira-ngira, menduga-duga. Seperti apakah dia. Teddy itu punya karakter yang unik, sayang dan melindungi banget pada adiknya –atau sebenarnyadia ingin melindungi dirinya sendiri? hm,hm—juga beberapa hal tentang sikap yang dia ambil yang semua beralasan. Ketika dia nampak galak. Saat dia terlihat cengeng. Saat dia ketemu mantan (oh ya ampun!) Dan sorot mata ketika terjadi adegan paling puncak di bangunan terpencil itu.
Saya simpati pada Teddy, dengan segala yang terlihat, dia pasti punya kisah utuh yang sangat menarik. Saya bahkan berharap akan bertemu Teddy di novel Mbak Riawani yang lain. Tentang kisahnya yang utuh. 


Dan terakhir, romance. Di tengah konflik dan ketegangan yang mengaduk emosi pembaca, kisah cinta menjadi pemanis yang tak sekadar kembang gula, karena porsinya pas dan bikin geregetan.


Ohya selain itu dialog-dialog yang dihadirkan juga bukan kalimat-kalimat yang sekadar untuk memenuhi halaman. Namun benar-benar kata-kata yang  bermakna dan menggerakkan cerita.


Lalu bagaimana dengan akhir kisah ini? Dari persinggungan tokoh-tokoh yang banyak, dengan kepentingan yang berbeda-beda, novel ini menyisakan renungan. 
Pertama, narkoba adalah lingkaran setan. Ada banyak rantai yang saling bertaut dari kejahatan satu ke kejahatan yang takterduga. Sadar ataupun tidak, dengan orang dekat atau bahkan dengan orang yang sama sekali takdikenal. 
Dan kedua, Bodyguard itu profesi yang tak biasa. Apapun bisa terjadi. Dan  betapa mahal harga yang harus dibayar Aline, untuk profesinya. Di halaman 335 tentang apa yang dirasakan ibunya Aline, membuat tenggorokan saya sakit, dan terbayang kembali dialog mereka di halaman 97. Ya, cerita telah usai, namun kesannya tetap tertinggal di hati pembaca.

Ketika suatu hari saya menerima sms dari penulisnya terkait novel ini. Saya hanya mengajukan satu pertanyaan pada Mbak Riawani, "Kok tokohnya banyak nama yang berawalan dengan huruf J Mbak?" Hehehe. Saya yakin itu nggak disengaja. Dan ternyata, memang tidak disengaja. Saya juga gitu, kadang nggak sadar kalau nama tokoh saya mirip. Ya, hanya perkara huruf itu saja. Selebihnya, seperti yang saya uraikan di atas.


Kalau kata pak Alif Danya Munsy, membaca adalah belajar, maka membaca Dear Bodyguard, meneliti bagian demi bagian, secara tidak langsung ada banyak yang kita pelajari dari sana untuk sebuah novel.
----------
Judul: Dear Bodyguard
Penulis: Riawani Elyta
Tebal: 352 halaman
Penerbit: Bentang Pustaka 
Terbit: November 2013

2 komentar:

  1. Makasih Enii, reviewnya yang paket komplit, semua unsur direviewin, terharuuu juga, semoga one day sy bisa bikin cerita khusus ttg Teddy ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mbak. Efek dari novelnya, jadi belajar secara nggak sadar :)

      Asyiiik nunggu Teddy :)

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...