Rabu, 18 Februari 2015

Of Mice and Men: Ending yang mengejutkan dan tak terlupakan

Saya sudah membaca novel ini setahun yang lalu. Tapi tadi waktu lihat-lihat rak buku, ingat kalau ini novel dengan ending yang tak terlupakan. Saya jadi ingin membuat sedikit catatan.


Ok. Mari kita lihat dulu bagaimana John Steinbeck membuka novel ini.

Beberapa mil di Soledad Selatan, Sungai Salinas yang dalam dan berair hijau mengalir dekat sisi bukit. Airnya terasa hangat karena sungai itu mengalir meliuk-liuk melalui tanah kuning dan berkilauan yang diterpa sinar matahari sebelum mencapai danau sempit.

Pada satu sisi sungai tersebut, lereng kaki bukit menikung ke arah pegunungan Gabilan, tetapi pada sisi lembah air sungai dibatasi pepohonan willaw yang segar dan hijau dengan daun-daun mudanya, yang ujung-ujung daunnya dipenuhi sampah yang terbawa banjir musim salju; pohon-pohon sikamor dengan dahan-dahannya yang rebah berwarna putih corang-moreng serta cabang-cabangnya yang mencuat melebihi permukaan danau.

Ayo ambil napas dulu :)

Begitulah 3 halaman awal memeng berisi penggambaran suasana. Baru di halaman empat:
...sesaat tempat itu tampak mati, hingga dua orang lelaki muncul dari jalan setapak dan tiba di area terbuka di tepi kolam yang hijau.

Dan, dari sinilah kisah Lennie dan Gearge dimulai. 

"Orang-orang seperti kita tidak punya keluarga. Mereka mendapat uang sedikit lalu mereka habiskan. Mereka tidak punya siapa-siapa di dunia ini yang mempedulikan mereka..."
"Tetapi bukan kita,"
"Tetapi kita tidak seperti itu."
"Karena..."
"Karena aku memilikimu dan..."
"Dan aku memilikimu. Kita saling memiliki, itulah, kita saling mempedulikan,"


George yang bertubuh kecil dan Lennie yang jauh lebih besar dan dungu adalah sepasang pengelana. Mereka tak punya apa-apa di dunia ini selain diri mereka sendiri dan sebuah impian. Mereka bermimpi memiliki sebidang tanah sehingga bisa hidup dengan damai. Mereka mencari pekerjaan di sebuah peternakan, dengan harapan akan cukup lama tinggal di sana dan mengumpulkan uang bersama.

Tetapi, Lennie yang baik hati dan bersifat kekanakan, yang selalu bermimpi tentang kelinci-kelinci, sering mendapat masalah.
Ia tak mampu mengendalikan diri, baik emosi maupun kekuatan luar biasanya. Ia pun menjadi sasaran kekejaman orang lain. Tapi George selalu membantunya.

Ketika suatu hari ia mendapat masalah besar lagi, tampaknya George tak akan dapat menyelamatkan sahabatnya itu seperti sebelumnya.

Petualangan 2 lelaki dengan mimpi-mimpi mereka yang sederhana sekaligus mewah. Mengharukan sekali setiap kali Lennie yang suka kecap itu minta George mengulang-ulang tentang siapa mereka, apa mimpi-mimpi mereka.

Dari sekian novel yang pernah saya baca, novel ini adalah novel dengan ending yang mengejutkan dan sangat, sangat tidak bisa saya duga. Saya bahkan sampai tertegun lama setelah menyelesaikan novel ini.


Sungguh, tidak menduga kalau endingnya akan seperti itu. Mengaduk emosi.


2 komentar:

  1. Makasih sharingnya Mbak... membaca novel sejenis, aku selalu gagu memaknai halaman-halaman pertamanya. Pusing saat mencernanya karena terlalu panjang kalimat dan penuh informasi.

    Tapi membaca review singkat Mbak Eni, jadi pengen tahu endingnya yagn mengaduk emosi itu, :-) *bagi bocorannya dong hehehe

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...