Terinspirasi dari
postingan Rhein Fatia tentang novelnya: 10 tahun Jadian 6 Bulan.
Saya jadi ingat buku
yang usianya 10 tahun juga: Dua Pilihan.
Oh. Rasanya baru
kemarin lari ke rental, ngetik, ngeprint, baca ulang, masukin amplop dan
membawa ke kantor pos.
Itu benar-benar
pengalaman pertama saya berhubungan
dengan penerbit.
Berawal dari percakapan
kecil di depan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Qonita Musa, Dewi
Anjani, Riniko, dan saya. Ohya sebenarnya ada Mbak Taqi yang selalu ngomporin
kita-kita agar semangat menulis. Trus ada juga pak ketum Dadang. Mbak Gesang Sari yang sesekali datang.
Begitulah FLP Malang
saat itu, anggotanya yang sering datang ke pertemuan memang hanya bisa dihitung
jari. Kami biasa ngobrol santai. Kadang hanya bertukar mimpi perihal
tulisan-tulisan kami.
Lalu, suatu hari saya
mendapat email dari Mbak Sandra Syamil. Isinya konfirmasi perihal antologi
cerpen yang saya kirim. Dari sekitar 20-an cerpen, yang lolos baru sepertiganya. Tapi Mbak Sandra
memberi kesempatan pada kami untuk memperbaiki dan mengirim lagi.
Seneeeng banget rasanya. Sampai lompat-lompat beneran deh. :D
Kami mulai berjuang lagi. Saya sendiri utak-atik
cerpen 'Ustad Jamil' (yang pernah dimuat Annida). Ustad Jamil dapat beberapa kritik
dan saran dari sahabat saya ‘Buletin_Siang’. Dia juga protes karena namanya
dipakai tokoh di cerpen 'Kado dari Mas Abid' tapi cuma setengah. hahaha.
Yang paling banyak di buku ini
memang cerpennya Qonita Musa. Sekarang kalau membaca ulang tulisannya selalu
melempar saya ke kontrakannya yang nyaman. Obrolan kami, juga saat-saat kami
keluar masuk warnet. Tulisan dia juga khas. Bertenaga.
Dua tahun setelah email
pertama dari Mbak Sandra, akhirnya buku ini terbit.
Kami tak bisa
berangkulan untuk saling mengucapkan selamat dan berbagi kebahagiaan. Kami
sudah sama-sama berpencar.
Sementara Mbak Qonita
sendiri sudah menerbitkan novel lain: Cinta Sesungguhnya. Dadang pun bukunya
terbit. Judulnya: Ketika Cinta Menyapa. Sedangkan Dewi menang di lomba cerpen
menteri Pemuda, antologinya terbit juga. Mbak Taqi kuliah di Arab Saudi dan
Mbak Riniko ambil S2. Saya sediri menyipakan kumcer tunggal Sketsa Negeri Para
Anjing yang terbit setahun kemudian.
Tahun ini 10 tahun antologi Cerpen FLP
Malang: Dua Pilihan adalah prasasti dari mimpi-mimpi kami, serta kehangatan
persahabatan.
Menulis memang butuh sepi, sendiri. Tapi begitu selesai atau saat tidak menulis, bersosialisasi itu penting. Sahabat sangat penting. Teman berbagi apalagi. Meski hanya saling bertukar kabar, "Lagi baca apa? Nulis apa?" sampai curcol, "Naskahku ditolak." atau "Ada lomba di sini. Media itu nerima ini." Bahkan, berbagi kebahagiaan, "Bukuku sudah terbit!"
Wahhh keren :)
BalasHapusNgomong-ngomong, FLP Malang masih aktif, mbak?
Kalau FLP Malang masiih.
HapusTapi kalau saya sdh gak di FLP Malang 😊