Cinta
adalah sesuatu yang ganjil (hal
427)
Ketika penerbit
Noura posting cover novel ini di Facebook, saya berkata dalam hati,
harus baca!
Ketika blurb di sampul belakang menyusul beberapa
waktu kemudian, saya kepincut, harus segera beli.
Dan, ketika waktu membawa saya ke toko buku, novel
ini yang pertama kali masuk tas belanja.
A Man Called Ove!
Sebelum terlibat lebih jauh dengannya, biar kuberi
tahu. Lelaki bernama Ove ini, mungkin bukan tipemu.
Ove bukan tipe lelaki yang menuliskan puisi atau
lagu cinta saat kencan pertama. Dia juga bukan tetangga yang akan menyambutmu
di depan pagar sambil tersenyum hangat. Dia lelaki antisosial dan tidak mudah
percaya kepada siapa pun.
Seumur hidup yang dipercaya hanya Sonja yang cantik,
yang mencinta buku-buku dan menyukai kejujuran Ove.
Orang melihat Ove sebagai lelaki hitam putih,
sedangkan Sonja penuh warna.
Tak pernah ada yang menanyakan kehidupan Ove sebelum
bertemu Sonja. Namun bila ada, dia akan menjawab bahwa dia tidak hidup. Sebab
di dunia ini yang bisa dicintainya hanya tiga hal: kebenaran, mobil Saab dan
tentu saja Sonja.
Mencintai
seseorang bisa disamakan dengan pindah ke sebuah rumah –hal 399.
Butuh empat Kamis bagi saya untuk menyelesaikan novel setebal 440 halaman ini (Kamis--karena saya berusaha
mematuhi jadwal baca saja, novel di hari Kamis) hehehe.
Dibuka dengan adegan Ove lima puluh sembilan tahun
yang berada di toko kumputer, kisah selanjutnya bergulir maju mundur, ke masa
lalu dan masa kini Ove. Yang membuat tertawa, jengkel, menangis dan bersimpati. Yah,
beberapa orang bahkan menganggap Ove tak punya hati.
Ketika
orang tidak saling berbagi, kemungkinan besar kepedihan malah akan menjauhkan
mereka.
Dari segi alur, memang agak lamban. Tapi novel ini
punya benang merah yang terus mengikat kisah demi kisah serta menggiring
pembaca untuk sampai ke ending. Fredrik
menghadirkan penokohan yang begitu kuat. Ove begitu hidup, mempesona dan
sempurna dengan segala ketidak sempurnaannya.
Ove sangat tahu, bahwa sebagian orang hanya
menganggapnya tua Bangka pemarah yang tidak mempercayai orang. Namun,
sejujurnya itu karena orang-orang tidak pernah memberi alasan untuk memandang mereka dengan cara
lain.
Sebab, Ove percaya, akan tiba saatnya dalam
kehidupan seorang lelaki, ketika mereka memutuskan hendak menjadi jenis lelaki
macam apa: Jenis yang membiarkan orang lain menguasaimu, atau tidak.
Ove selalu mengingat perbedaan antara menjadi jahat
karena terpaksa atau karena bisa melakukannya.
Ove sering mendengar Sonja berkata, bahwa setiap
manusia harus tahu apa yang diperjuangkannya. Sonja memperjuangkan apa yang
baik. Demi sesuatu yang tidak dia miliki. Dan Ove berjuang untuk Sonja.
Namun kata Sonja: Ada masa untuk segalanya.
Menurut Ove, sesuatu di dalam diri seseorang akan
hancur berkeping-keping jika dia harus menguburkan satu-satunya orang yang
selalu memahaminya. Tidak ada waktu untuk menyembuhkan luka semacam itu.
Dan, sepanjang waktu Ove, setelah Sonja pergi adalah
menyiapkan rencana-rencana untuk
menyusul Sonja.
Dan begitulah,
akhirnya, novel ini, menjadi buku
ke sekian yang penuh lipatan, coretan dan kertas tempelan.
Secara keseluruhan saya sangat menyukai novel ini.
Semua hal-hal ganjil perihal Ove akan membawa renungan dan terjawab di
bagian-bagian berikutnya. Dan lebih dari itu, Fradrik tidak hanya menulis
perihal lelaki tua, tapi menyuguhkan kalimat-kalimat yang dalam.
Bab-bab akhir novel ini justru semakin dalam, penuh
renungan dan filmis. Bermenit-menit setelah menutup novel ini, saya termangu,
lama.
Yah,
sulit bagi seseorang untuk mengakui kekeliruannya sendiri. Terutama ketika
orang itu telah keliru untuk waktu yang sangat lama.
Tapi
kehidupan, kematian, kedukaan, cinta dan
bahkan waktu adalah sesuatu yang ganjil. Sebagian besar manusia hidup untuk
waktu yang membentang tepat di depan kita. Hari, minggu, tahun. Salah satu
moment paling menyakitkan dalam hidup seseorang mungkin muncul bersama
pemahaman bahwa usia telah tercapai ketika ada banyak yang harus ditengok ke
belakang daripada ke depan.
Dan ketika waktu tidak lagi membentang di depan
seseorang, hal-hal lain harus dinikmati dalam hidup. Kenangan, mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar