Rabu, 10 Januari 2018

Gerimis Sore dan Percakapan di Toko Buku




“Jadi kenapa kamu mengajakku bertemu di toko buku?”
Suara lelaki  itu tepat berada di sebelah saya. Saya tidak menoleh, tetap membalik-balikkan buku di deretan rak paling bawah.
“Hanya pengen lihat bukumu ada di sini,” kali ini suara perempuan.
“Sudah kubilang, aku belum punya buku.”
Saya bergeser, berdiri agak menjauh dari mereka karena buku yang saya cari tidak ada.
“Pacarku yang dulu nggak pernah mau kuajak ke toko buku…”
“Dan kalian putus?”
“Tapi bukan itu alasannya.”

Percayalah, saya tidak sedang menguping. Saya hanya mendengar tidak sengaja.
“Kamu nggak ingin cari pengganti?” tanya lelaki itu.
Tak ada jawaban.
“Hei? kok diam?"
Memang tak ada suara.

Lalu, perempuan itu berjalan melewati saya, diikuti lelaki yang mungkin masih menunggu jawaban dari pertanyaannya. Tetapi, karena mereka terus melangkah di antara rak-rak buku, saya tidak lagi mendengar kata-kata apa yang terlontar dari perempuan itu. 

Saya juga tak hendak menguntit keduanya. Jadi, saya memotret novel Sauh di meja buku-buku baru yang tepat di depan pintu masuk. Setelah itu membayar ke kasir dan turun ke parkiran. 

Di luar gerimis. Orang-orang sibuk memakai jas hujan. Saya menjalankan motor pelan. Titik air mengetuk-ngetuk kaca helm saya, membuat pandangan agak buram.

Sepanjang jalan, saya memikirkan, berapa orang yang membuat janji bertemu di toko buku?
Kalau dalam puisi, cerpen atau novel, apa kisah selanjutnya yang terjadi pada dua orang tadi? Saya tertawa sendiri, dan kembali berucap lirih, “Benar kan, bagi pengarang, pertemuan sekejap adalah pikiran-pikiran bercabang di serentang jalan pulang.”[]

4 komentar:

  1. Inspirasi bisa datang bahkan hanya karena seorang penulis melihat nyamuk. Hehehe...

    Tulisannya enakeun.. ngalir gituπŸ˜„

    Salam kenal mbak Shabrina 😊 saya agil dari cirebon.
    Kapan-kapan boleh mampir ke rumah saya di agiluin.blogspot.com yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa. Hahaha. Salam kenal jugaa. Makasih sudah mampir yaa 😊

      Hapus
  2. Wah... harusnya diuntit tuh biar ceritanya gak bikin kita-kita penasaran.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...