Selasa, 01 September 2020

Just One Day

Saya sering membeli buku karena pandangan pertama. Novel ini misalnya, Just One Day karya Gayle Forman terbitan Gramedia.  Pas lihat di lapak temen mbatin, wah kayaknya bagus. Lalu masuk keranjang.

Sempet agak nyesel sewaktu baca blurbnya. Jadi pas pesanan datang saya biarkan lama novel ini di rak.

Tebel pula. 399 halaman pov 1. Hoho.

Tapiiii.... kemarin saya menyelesaikan dalam satu hari ketika mematikan ponsel. 

Ini kisah Allison Healey, baru lulus SMA. Pada tur ke Eropa, ia bertemu Willem pemeran drama Shakespeare. 

Willem mengajaknya meninggalkan rombongan untuk pergi ke Paris sehari saja. Keputusan spontan membawa Allison pada petualangan dan kebebasan. Yang akhirnya mengubah banyak hal dalam dirinya. 

Ini memakan sepertiga novel. Saya jadi mikir, mungkin begini ya yang merupakan catalist cerita, sesuatu yang mengubah tokoh.

Sepertiganya lagi adalah bagimana awal-awal Allison menjadi mahasiswa. Hidup di asrama, mata kuliah, pertemanan, hubungan dengan keluarga dan masa-masa yang tak mudah lainnya, yang kembali membawanya membuat keputusan.

Nah sepertiga terakhir adalah semacam spiritual cerita. Bagian ini Gayle Forman dengan rapi mengayuh cerita tetap bergerak. Pembaca ikut merasakan ketegangan, kakhawatiran, dan ikut mencerna berbagai kemungkinan. 

Ini bukan sekadar novel remaja biasa. Bukan sekadar jalan-jalan sehari di Paris bersama orang asing. Sayang, blurbnya agak-agak mengurangi gambaran isi dari novel ini.

Ini jenis novel yang setiap settingnya menggerakkan cerita. Yang setiap bagian-bagiannya mempengaruhi dan membuat karakternya tumbuh. 

Gayle Forman dengan detail menunjukkan bagaimana cerita ini berjalan. Bukan detail yang membosankan ya. Maksud saya detail semua hal mendukung cerita. 

Saya ikut merasakan suasana di mana tokohnya berada.

Di kereta, di kapal, di pemukiman padat, di lapangan rumput, di gedung seni, di kelas Shakespeare, di meja makan dll. Semua menjadi bagian penting dari cerita.

Selain itu tokoh-tokoh pendampingnya (yang lumayan banyak) juga penting, meskipun hanya muncul sekilas.

Saya dua kali meneteskan air mata di bagian tertentu ketika ingat seseorang. 

Dan seperti biasa, saya menandai beberapa kalimat yang saya suka.

"Ada perbedaan antara jatuh cinta dan mencintai." 

"Kadang ada hal-hal kecil yang kelihatan tidak penting tapi mengubah segalanya."

"Mencari seseorang yang sudah lama hilang, mungkin bisa jadi hal yang salah. Bahkan kalau kau menemukannya, kau akan kecewa karena dia bukan orang yang selama ini kau bentuk dalam pikiranmu."

Dan setelah baca ini saya jadi pengen baca karya Gayle Forman yang lain.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...