Rabu, 01 April 2020

Rumah Tepi Danau Banana Yoshimoto


Beberapa waktu lalu, saya menyelipkan buku ini di tas belanja. Sepulang dari pasar saya mampir ke tepi selokan besar. Duduk di sana. Memotret. Cahaya sedang cemerlang. Saya suka.

Novel tipis ini saya beli ketika Mbak Renny Yulia mengunggah review di statusnya. Makasih Mbak Renny 😊

Nama Banana Yoshimoto tidak asing di ingatan. Saya pernah membaca bukunya yang berjudul Kitchen. Novel apik dengan cover simpel, bergambar panci merah.
Sejak itu, saya berusaha mencari buku Banana yang lain dan baru nemu ini setelah bertahun-tahun.

Masih seperti karya Banana yang pernah saya baca, penokohan yang kuat, setting yang detail dan gaya tutur yang tenang, seperti danau yang diselubung kabut tipis. Penceritaannya tidak tergesa-gesa. Tidak juga dengan konflik yang meledak-ledak. Bagi sebagian orang mungkin terkesan lamban. Tapi menurut saya indah dan misterius.

Novel dengan dua tokoh utama yang hadir bersama dalam satu kalimat pembuka. Dengan tokoh-tokoh lain yang penting dan menjadikan novel ini utuh.

Chihiro adalah pelukis mural. Kebiasaannya berdiri di jendela membuatnya sadar, bahwa di apartemen seberang seseorang juga selalu berdiri di depan jendela.

Nakajima, pemuda misterius yang pada suatu malam ia temukan tertidur sambil memeluk lempeng tembaga di bawah ketiaknya.

Jalinan romansa yang cenderung ragu, menyeret Chihiro pada masalalu Nakajima. Menyibak satu demi satu kenyataan mencekam yang pernah dialami pemuda cerdas itu.

Di sinilah kepiawaian Banana dalam menjahit cerita. Menyeret pembaca ke dalam nuansa mistis yang ia ciptakan. Sendu, muram tapi penuh harapan.

Ia mempercepat irama di lembar akhir, dengan panyajian yang masuk akal dari hal-hal yang dipilih tokoh-tokohnya. Haru dan lega, agak terkejut ketika menyadari berada di halaman terakhir.
Banana mengakhiri dengan sangat manis dan menyentuh.

Saya banyak memberi coretan, lipatan dan tanda di halaman-halamannya. Banyak kutipan yang menarik.

"Jika kau selalu marah, selalu berteriak pada orang lain, pada akhirnya itu berarti bahwa kau bergantung pada mereka." Halaman 10.

"Ketika kau mencintai seseorang, kau pasti penasaran, bahkan untuk hal-hal yang sangat berat bagi mereka." Halaman 65.

"Terkadang, meminta bantuan adalah cara lain untuk menunjukkan cintamu." Halaman 92.

"Beberapa hal akan tersampaikan justru ketika kau menyimpannya rapat-rapat. Perasaan tulus akan menemukan jalannya." Halaman 109.

"Kau melihat dunia melalui saringan kepekaan yang ada dalam dirimu."

151 halaman, memang tidak tebal, tapi cukup. Tak ada yang terkesan dipanjang-panjangkan atau diada-adakan. Semua yang disajikan Banana menjadi bagian yang penting dan saling mendukung.

Jika ingin bacaan yang indah, dalam dan tak mau ada isakan, saya rasa ini pilihan yang pas.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...