Kadang, membaca bagi saya seperti
terlempar ke suatu tempat antah berantah yang segala bentuk, warna dan aromanya
muncul satu persatu hingga utuh dalam kepala saya. Kadang, membaca kalimat demi
kalimat dalam cerita seperti mendengar suara seseorang dengan nada tertentu
mengalun di telinga saya, berganti-ganti. Tak jarang juga membaca buku seperti
menonton film, yang adegannya berseliweran di sekitar saya.
Dan, novel ini, menyentuh dengan
lembut, lalu menyeret saya ke lorong lain kota Paris. Entah kenapa saat baca
antara sadar dan tidak saya ketiduran, tapi seperti tidak tidur, karena saya
seakan melihat Aline dan Sena (tokoh dalam novel ini) membungkuk-bungkuk
menggambar garis dengan ranting-ranting kering, di siang hari yang gerimis dan
muram di Place de la Bastille.
Mbak Prisca, sungguh “pendongeng”
yang piawai. Menata setting dengan cantik, mencipta tokoh-tokoh yang begitu
hidup. Menyimpan kejutan-kejutan dengan manis. Terharu di bagian-bagian
tertentu, hingga membuat tenggorokan saya sakit dengan air mata yang merebak.
Menggelitik rasa penasaran saya, ingin segera membalik halaman berikutnya,
namun secara bersamaan juga membuat saya takut.
Setelah membaca halalaman 212 dan
menutupnya, kemudian saya menatap novel ini.
Saya terpaku.
Lama.
Hingga menyadari kalau saya masih
berada di kursi saya.
Dan pelan bergumam:
“Aku baru saja kembali dari
petualangan yang mencekam dan romantis.”
Judul: Paris
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Gagas Media 2013
wah kalo ada unsur mencekamnya seru ini berarti :)
BalasHapusIya, seru bgt...apalagi klo dibaca pas mendung :D
Hapusjadi penasaran nih Mba Sabrina. hehe
BalasHapussoalnya aku juga suka klo diajak baca sstwu yg belum pernah terjamah mata dan anggota tubuhku,
Iya Mbak, beneran serasa menyusuri tempat2 yg disebutkan. :)
Hapus