Bangku itu Masih Kosong
Jenny menyukai pagi, saat di kaki langit dapat dia baca tekad senja hari yang ditulisnya dengan tinta api. Saat dia melihat bangku itu belum berpenghuni
lagi. Karena dia tahu, saat itu, kisah mereka belum terjual.
"Terima kasih Max,
untuk setapak jalan yang kau ceritakan di sini. Terima kasih, telah mengizinkan aku menulis namamu berkali-kali. Dan, terima kasih, telah memberiku kesempatan untuk...duduk di bangku itu lagi."
"Sepotong jalan tanah ini tak akan kujual, Jenny. Bangku itu tak akan kulelang. Karena hanya itu harta berharga yang kita miliki," ucap Max sambil menatap Jenny dengan mata senjanya.
wah so sweet. mengharukan mata senjanya...
BalasHapusmaaf belum bisa beli novelnya, buat beli alquran mb. nnti klo ada rezeki padahl aku mupeng bgd hehe
BalasHapusgakpapa Mbak. makasiiih sudha mampir :)
Hapuswah, pantesan aku tak bisa meminang penulis ini krn hatinya sudah tertambat pada yg lain :-)
BalasHapusKonon, katanya klo jodoh tak akan kemana :D
Hapussekarang lagi musim pinangan ya?:D
BalasHapusmbak brina tulisannya selalu manis.ck..ck..ada rasa coklat yang sedikit pahit menyenangkan, lalu aroma kopi yang harum wangi, ditutup lembutnya krim manis.yummm...