Jumat, 17 Januari 2014

Cuplikan Novel Always Be in Your Heart




Prolog
LON
Langit berselimut gumpalan awan kelabu. Udara dingin seakan menembus kulitku hingga menusuk ke dalam tulang. Daun-daun masih basah, bergoyang ditiup angin. Kuhirup aroma sisa hujan semalam sambil menatap sosoknya.
Seperti kemarin-kemarin, setiap kali hujan datang dia selalu duduk di sini, di atas batu, menghadap ke sungai Talau yang membentang lebar membelah kampung. Memeluk erat kakinya dengan dagu bertopang di lutut. Matanya yang sesekali berkedip tak lepas dari air kecoklatan yang mengalir deras, sementara bibirnya hanya terkatup rapat.
Dia selalu seperti itu setiap kali hujan tiba, berdiam lama dalam posisi yang sama, tak bergerak sedikitpun. Kadang aku memandanginya lekat-lekat, memastikan kalau dia tidak berubah menjadi patung. Dan aku akan merasa lega karena masih bisa melihat gerakan punggungnya yang samar naik turun. Meski aku tak terlalu suka berdiam lama dalam udara yang dingin, namun tidak ada keinginanku sedikitpun untuk meninggalkannya.
Sejak hari itu, hari di mana terakhir kali aku melihat Royo, hari di mana kami beriringan menempuh perjalanan panjang ke arah matahari tenggelam, aku bisa merasakan ada kesedihan yang terpancar dari matanya.
Aku masih ingat, sepanjang jalan itu dia terus mengusap pipinya yang basah. Bibirnya gemetar dan menggumamkan kata yang tak kumengerti. Selama berhari-hari aku tak pernah melihat senyumnya, bahkan dia menjadi jarang bersuara. Rambutnya pun dibiarkan berantakan dan sebagian menutupi wajahnya.
Setelah beberapa musim berganti dan kami tak pernah berjalan ke timur lagi, aku baru menyadari bahwa banyak hal telah berubah. Tak ada aroma bunga kopi yang berjatuhan, dan tak ada aroma Royo yang kurindukan. Lalu sejak itu aku tahu, naluriku semakin kuat, meyakini bahwa apa pun yang terjadi, aku berjanji pada diriku, akan terus di sampingnya dan mengikuti kemana pun dia pergi.
Maka, jika kau bertanya padaku apa yang kuinginkan di dunia ini. Aku akan menjawab, pertama aku ingin selalu melihatnya tersenyum, dan yang kedua aku ingin kembali bertemu dengan Juanito dan Royo.
Namun apa kau yakin, esok matahari masih terbit lagi setelah tenggelam senja ini? Ataukah aliran sungai Talau tetep mengalir ke arah yang sama?

Ya, inilah aku, seekor anjing tua yang menyimpan cerita tentang Marsela. Dia telah memberiku banyak hal. Dan mengakui bahwa aku ada dalam hidupnya, bagiku itu sesuatu yang luar biasa. Mungkin tak banyak anjing yang seberuntung diriku. Maka, ketika aku tak bisa memberi lebih dari yang ia berikan, aku hanya bisa memberi kesetiaan. Aku telah berjanji pada diriku sendiri, akan terus mengikuti kemana pun ia pergi, hingga kakiku tak sanggup melangkah lagi

#Ohya saat nulis Always Be in Your Heart, saya termangu lamaaa banget sambil melihat peta Indonesia-Timor Leste. Memilih tempat yang tepat dan mendukung cerita, sekaligus enak ketika diucapkan. Ermera-Kopi Ermera. Gleno- Di tepi Sungai Gleno.

4 komentar:

  1. saluuut, sudah nulis buku byk bgt...
    ^_^
    gimana caranya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih dengan cara sederhana, baca. nulis. baca. nulis.
      Makasih sudah mampir. :)

      Hapus
  2. Novel baru lagi mbak?? Saluuut sama ibu RT yang satu ini. Moga laris manis mbak...

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...