Negeri Tanpa Nama adalah kumpulan cerpen dari 25 penulis.
Senang sekali satu cerpen saya diberi kesempatan ikut nyelip di antara tulisan-tulisan keren. Tulisan saya sederhana banget. Judulnya 'TITIPAN'.
Idenya, ketika melihat foto-foto di sebuah surat kabar tentang desa di kabupaten Ponorogo yang banyak warganya mengalami keterbelakangan mental.
Nama-nama Penulis :
Maduretna Menali, Nong Djesse, Muhammad Rois Rinaldi,
Robby Anugerah, Muhammad Qhadafi, Ahmad Ijazi H,
Reni Heriani, Putra F.D Bali Mula, Ratna Mega Sari,
Fathorroz,i Imam Solikhi, Ni Putu Fatmaha Lindawati,
Miftah Aliya Fauziah, M. Arif Budiman, Elfa Nurul Annisa,
DG. Kumarsana, Arinny Fharahma, Shabrina WS,
Dudi Irawan, Hendra Saputra.
Cerita-cerita ini merekam kehidupan batin, pengalaman pribadi, polemik
keluarga, dan sengkarut kasih sayang. Terbabar pula kerinduan dan
kecintaan pada Orangtua, Ibu Pertiwi, dan orang-orang marjinal. Begitu
beragam, begitu kaya. Seolah tiap kisah, dengan cara halus, berlomba
menyuguhkan arus kesadaran. Patut dibaca, sangat patut. (Khrisna
Pabhicara, cerpenis & penulis novel “SEPATU DAHLAN”)
"Dewasa ini, dunia fiksi terlalu sibuk dengan estetika sehingga makna
setiap karya tenggelam dalam kegenitan kata-kata. Beberapa cerita dalam
buku ini mengetengahkan hal sebaliknya. Fiksi memang tentang mengemas,
tapi bukan berarti membuatnya menjadi genit. Semoga dalam
perkembangannya, penulis-penulis dalam buku ini dapat terus berproses
demi mencapai karya yang lebih baik, lebih matang dan lebih bermakna
tanpa kehilangan keindahannya.”
(Benny Arnas, Cerpenis)
“Upaya mengumpulkan serpihan-serpihan kisah yang tercecer di berbagai
daerah, dan menyatukannya menjadi sebuah buku, sungguh patut dipuji.
Apalagi hampir semua penulis dalam buku ini berusia muda (hanya tercatat
satu penulis yang berusia di atas 40). Mereka adalah nama-nama yang
selama ini terlupakan namun menulis kisah-kisah yang tak terlupakan
dalam caranya masing-masing. Kejelian dalam memilih dan memilah tema
serta gaya dalam 21 cerita pendek yang terkumpul dalam buku ini, telah
membentangkan sebuah peta baru tentang keindahan yang perih dari sebuah
tempat bernama tanah kelahiran. Mereka berbicara tentang manusia,
harapan dan impian, serta kritik dan empati dengan suara sayup. Tapi
dari kesayupannya itulah, suara mereka sampai ke hadapan kita, dan
menjadikan rumah bagi sekian pertanyaan yang tak pernah terjawab.”
(Hanna Fransisca, Penyair, Anggota Dewan Kesenian Jakarta)
Naah, kuisnya gampang. Apa yang terbayang pertama kali ketika mendengar atau membaca judul "Negeri Tanpa Nama"
Jawaban di twitter dengan format (jawaban) #NegeriTanpaNama @shabrinaws_
Jawaban ditunggu sampai tanggal 21 Januari pukul 21.00. Ada 1 buku Negeri Tanpa Nama untuk yang beruntung. Terima kasih.
Judulnya menarik hati banget mbak
BalasHapusSaya sudah ikutan ya :)
SUkses untuk bukunya
Makasih Mbak Esti :)
HapusErrrggghhh... Telaaat... *balik kanan
BalasHapus