Senin, 22 Desember 2014

Ibu, ibu, dan ibu lagi

Di beranda FB banyak postingan tentang ibu. Bikin termenung, terharu. Dan yang pasti jadi kangen sama ibu. Kangen ngobrol.
Dimana saja, kapan saja suasana bersama ibu selalu hidup.
Masih jelas dalam ingatan, ketika ibu panik karena saya kutuan. Tiap hari sepulang sekolah, selalu ada jadwal mencari kutu. Masih hangat rasanya sentuhan jari-jarinya di kapala saya, bagaimana menarik telur kutu dari helai-helai rambut, atau cepat-cepat menangkap kutu remaja yang jalannya cepat.

Masih jelas pula dalam ingatan, bagaimana saya bosan tiap hari harus menyodorkan kepala, sampai akhirnya saya pura-pura ketiduran saja. Tapi ibu tetap sabar, hingga akhirnya kutu-kutu hilang.
Ah, itu hanya sebagian kecil saja.

Lalu, bertahun-tahun kemudian, ketika  sudah menjadi ibu, saya merasakan  semakin membutuhkan ibu.

Kata-kata memang tak pernah cukup, tapi  menulis tentang beliau dalam sebuah buku, bagi saya adalah prasasti kecil. Membungkusnya, lalu memberikan kepada beliau dan berkata, "Ibu, di buku ini aku menulis sebagian kisah ibu dengan penuh haru. Memang tak ada apa-apanya dibanding semua yang ibu berikan. Tapi, ini salah satu cara bagaimana aku menuangkan, bahwa detail-detail tentang kita begitu lekat di ingatan. Aku mencintaimu, menyayangimu, selalu...dan tak pernah selesai mendoakanmu."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...