Jumat, 13 Februari 2015

Prasasti Mimpi



Terinspirasi dari postingan Rhein Fatia tentang novelnya: 10 tahun Jadian 6 Bulan.
Saya jadi ingat buku yang usianya 10 tahun juga: Dua Pilihan.


Oh. Rasanya baru kemarin lari ke rental, ngetik, ngeprint, baca ulang, masukin amplop dan membawa ke kantor pos. 

Itu benar-benar pengalaman pertama saya  berhubungan dengan penerbit.

Berawal dari percakapan kecil di depan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Qonita Musa, Dewi Anjani, Riniko, dan saya. Ohya sebenarnya ada Mbak Taqi yang selalu ngomporin kita-kita agar semangat menulis. Trus ada juga pak ketum Dadang. Mbak Gesang Sari yang sesekali datang.

Begitulah FLP Malang saat itu, anggotanya yang sering datang ke pertemuan memang hanya bisa dihitung jari. Kami biasa ngobrol santai. Kadang hanya bertukar mimpi perihal tulisan-tulisan kami.

Lalu, suatu hari saya mendapat email dari Mbak Sandra Syamil. Isinya konfirmasi perihal antologi cerpen yang saya kirim. Dari sekitar 20-an cerpen, yang lolos baru sepertiganya. Tapi Mbak Sandra memberi kesempatan pada kami untuk memperbaiki dan mengirim lagi.
Seneeeng  banget rasanya. Sampai lompat-lompat beneran deh. :D

Kami mulai berjuang lagi. Saya sendiri utak-atik cerpen 'Ustad Jamil' (yang pernah dimuat Annida). Ustad Jamil dapat beberapa kritik dan saran dari sahabat saya ‘Buletin_Siang’. Dia juga protes karena namanya dipakai tokoh di cerpen 'Kado dari Mas Abid'  tapi cuma setengah. hahaha.

Yang paling banyak di buku ini memang cerpennya Qonita Musa. Sekarang kalau membaca ulang tulisannya selalu melempar saya ke kontrakannya yang nyaman. Obrolan kami, juga saat-saat kami keluar masuk warnet. Tulisan dia juga khas. Bertenaga.

Dua tahun setelah email pertama dari Mbak Sandra, akhirnya buku ini terbit.
Kami tak bisa berangkulan untuk saling mengucapkan selamat dan berbagi kebahagiaan. Kami sudah sama-sama berpencar.

Sementara Mbak Qonita sendiri sudah menerbitkan novel lain: Cinta Sesungguhnya. Dadang pun bukunya terbit. Judulnya: Ketika Cinta Menyapa. Sedangkan Dewi menang di lomba cerpen menteri Pemuda, antologinya terbit juga. Mbak Taqi kuliah di Arab Saudi dan Mbak Riniko ambil S2. Saya sediri menyipakan kumcer tunggal Sketsa Negeri Para Anjing yang terbit setahun kemudian.

Tahun ini 10 tahun antologi Cerpen FLP Malang: Dua Pilihan adalah prasasti dari mimpi-mimpi kami, serta kehangatan persahabatan.

Menulis memang butuh sepi, sendiri. Tapi begitu selesai atau saat tidak menulis, bersosialisasi itu penting. Sahabat sangat penting. Teman berbagi apalagi. Meski hanya saling bertukar kabar, "Lagi baca apa? Nulis apa?" sampai curcol, "Naskahku ditolak." atau "Ada lomba di sini. Media itu nerima ini." Bahkan, berbagi kebahagiaan, "Bukuku sudah terbit!"
 




2 komentar:

  1. Wahhh keren :)
    Ngomong-ngomong, FLP Malang masih aktif, mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau FLP Malang masiih.
      Tapi kalau saya sdh gak di FLP Malang 😊

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...