“Kau
yakin dengan keputusanmu untuk menikah?”
“Apa
aku terlihat ragu?”
“Tapi
kau dijodohkan, Ka.”
“Seperti
rezeki, jodoh bisa datang dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Dan
dijodohkan bukan suatu aib, Marlin. Mirza telah memilihmu dan tak ada alasan
lagi bagiku untuk terus mengharapkannya.”
Marlin
mengembuskan napas panjang, kalimat itu kembali menggema di telinganya. Gadis
itu menjauhkan punggungnya dari kursi. Dia melangkah mendekati jendela, menaruh
siku pada kusen dan menopang dagu dengan dua tangan yang ditautkan. Pandangannya
jatuh pada air danau yang berkilauan terkena sinar matahari.
Harusnya
dia gembira saat ini. Kartika akan menikah. Sepupunya sekaligus sahabatnya
sejak kecil. Namun nyatanya, di balik kebahagiaan yang dia ucapkan, dan senyum
yang diperlihatkan, ada kekhawatiran yang pelan-pelan menyusup di bilik hatinya
yang paling dalam. Benarkah Kartika
bahagia dengan perjodohan itu? Apakah itu bukan bentuk pelarian saja?
“Kita
sering menginginkan hal yang sama, dan sering sama-sama mendapatkannya. Tapi
kali ini tidak, cinta bukan sebungkus paisan
ikan lais yang bisa kita bagi berdua. Bukan juga sepetak kebun anggrek yang
bisa kita rawat bersama. Dan yang perlu kau tahu, Kimirza memilihmu, Marlin.”
Kartika
adalah sepupu Marlin. Mereka telah bersama-sama sejak kecil. Dulu mereka sering
menginap di rumahnya nenek di pinggir danau Sanggu. Kartika dan Marlin menyebutnya Pondok Ini. Bangunan Pondok Ini berupa rumah panggung yang
bentuknya mirip dengan rumah betang.
Setelah
nenek meninggal beberapa tahun lalu, dengan bantuan orangtua masing-masing
mereka menjadikan pondok ini sebagai home
stay. Sementara lahan kosong di sekitar rumah dimaksimalkan sebagai kebun
anggrek.
Desa
Sanggu terkenal sebagai pusat anggrek di Kalimantan Tengah. Di waktu tertentu,
seperti saat perayaan festival Dahani
Dahanani, atau saat liburan sekolah dan hari besar agama, wisatawan ke desa
Sanggu cukup ramai. Biasanya mereka mencari tanamanan anggrek, seperti anggrek
hitam, anggrek mutiara atau sekedar menikmati liburan di pinggir danau.
Anggrek-anggrek mereka memiliki sertifikat, artinya anggrek itu adalah hasil
budidaya bukan mengambil dari hutan.
Dan
Kimirza adalah salah satu pengunjung Pondok
Ini, dia pemilik agen wisata yang sekaligus menjadi pemandunya. Pertemuan
pertama, melahirkan perbincangan seru antara Marlin, Kartika dan Kimirza.
Kartika yang supel, terbuka, apa adanya membuat setiap topik pembicaraan
menjadi hidup. Apalagi setelah itu Kartika mulai memberikan sinyal kalau dia
tertarik dengan Kimirza. Saat itu juga Marlin tahu, dia yang diam-diam
mempunyai perasaan yang sama harus mundur, dan memendam perasaannya
dalam-dalam. Dia tak ingin bersaing dengan saudaranya.
Namun,
secara mengejutkan Kartika menerima lamaran dari lelaki yang dipilihkan
ayahnya.
“Kau
memang tak pernah jujur perihal Kimirza, Marlin. Tapi matamu tidak bisa
berbohong. Kau mengagumi. Ada lelaki itu di setiap binar matamu.”
“Tapi
dia lebih dekat denganmu.”
“Itu
bukan jaminan kalau dia mencintaiku. Sudahlah, pernikahanku adalah keputusanku.
Jangan merasa bersalah perihal perasaanmu dengan lelaki itu.”
Semua
percakapan dengan Kartika berputar ulang dalam kepalanya. Benarkah itu bukan
bentuk pelarian Kartika? Marlin mendesah, menghalau kecemasan yang melingkupi
hatinya.
“Marlin?”
Gadis
itu melongok keluar. Entah sejak kapan Kimirza berdiri di teras, menggandeng seseorang yang kemudian
dikenalkan kepadanya.
“Ini
Haliza, calon istriku. Dia ingin melihat-lihat anggrek koleksimu.”
Marlin
tercekat. Tenggorokannya kering. Ia menatap Kimirza dan gadis di sampingnya
bergantian. Kartika salah. Kimirza bukan memilihnya. Tapi lelaki itu sudah
punya pilihan lain.
“Kita tak perlu
berlomba untuk seorang pria. Karena cinta itu masalah hati.”
Kalimat Kartika kembali terngiang.
Mata
Marlin memanas. Ya, cinta memang masalah hati.[]
Versi lengkapnya dong mba.. :D
BalasHapusJadi di koran ini brp karakter cerpennya?
“Kita tak perlu berlomba untuk seorang pria. Karena cinta itu masalah hati.”
BalasHapusbener mbak :D
Mbak Rima, ini motong lupa nyimpan...ini tiga halaman 1,5 spasi Mbak :)
BalasHapusEmely, hahaha begitulah Nak :)
-Brin-