Rabu, 15 April 2015

KIMIRZA [Dimuat Banjarmasin Post 12 April 2015]




“Kau yakin dengan keputusanmu untuk menikah?”
“Apa aku terlihat ragu?”
“Tapi kau dijodohkan, Ka.”
“Seperti rezeki, jodoh bisa datang dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Dan dijodohkan bukan suatu aib, Marlin. Mirza telah memilihmu dan tak ada alasan lagi bagiku untuk terus mengharapkannya.”
Marlin mengembuskan napas panjang, kalimat itu kembali menggema di telinganya. Gadis itu menjauhkan punggungnya dari kursi. Dia melangkah mendekati jendela, menaruh siku pada kusen dan menopang dagu dengan dua tangan yang ditautkan. Pandangannya jatuh pada air danau yang berkilauan terkena sinar matahari.
Harusnya dia gembira saat ini. Kartika akan menikah. Sepupunya sekaligus sahabatnya sejak kecil. Namun nyatanya, di balik kebahagiaan yang dia ucapkan, dan senyum yang diperlihatkan, ada kekhawatiran yang pelan-pelan menyusup di bilik hatinya yang paling dalam.  Benarkah Kartika bahagia dengan perjodohan itu? Apakah itu bukan bentuk pelarian saja?
“Kita sering menginginkan hal yang sama, dan sering sama-sama mendapatkannya. Tapi kali ini tidak, cinta bukan sebungkus paisan ikan lais yang bisa kita bagi berdua. Bukan juga sepetak kebun anggrek yang bisa kita rawat bersama. Dan yang perlu kau tahu, Kimirza memilihmu, Marlin.”
Kartika adalah sepupu Marlin. Mereka telah bersama-sama sejak kecil. Dulu mereka sering menginap di rumahnya nenek di pinggir danau Sanggu.  Kartika dan Marlin menyebutnya Pondok Ini. Bangunan Pondok Ini berupa rumah panggung yang bentuknya mirip dengan rumah betang.
Setelah nenek meninggal beberapa tahun lalu, dengan bantuan orangtua masing-masing mereka menjadikan pondok ini sebagai home stay. Sementara lahan kosong di sekitar rumah dimaksimalkan sebagai kebun anggrek.
Desa Sanggu terkenal sebagai pusat anggrek di Kalimantan Tengah. Di waktu tertentu, seperti saat perayaan festival Dahani Dahanani, atau saat liburan sekolah dan hari besar agama, wisatawan ke desa Sanggu cukup ramai. Biasanya mereka mencari tanamanan anggrek, seperti anggrek hitam, anggrek mutiara atau sekedar menikmati liburan di pinggir danau. Anggrek-anggrek mereka memiliki sertifikat, artinya anggrek itu adalah hasil budidaya bukan mengambil dari hutan.
Dan Kimirza adalah salah satu pengunjung Pondok Ini, dia pemilik agen wisata yang sekaligus menjadi pemandunya. Pertemuan pertama, melahirkan perbincangan seru antara Marlin, Kartika dan Kimirza. Kartika yang supel, terbuka, apa adanya membuat setiap topik pembicaraan menjadi hidup. Apalagi setelah itu Kartika mulai memberikan sinyal kalau dia tertarik dengan Kimirza. Saat itu juga Marlin tahu, dia yang diam-diam mempunyai perasaan yang sama harus mundur, dan memendam perasaannya dalam-dalam. Dia tak ingin bersaing dengan saudaranya.
Namun, secara mengejutkan Kartika menerima lamaran dari lelaki yang dipilihkan ayahnya.
“Kau memang tak pernah jujur perihal Kimirza, Marlin. Tapi matamu tidak bisa berbohong. Kau mengagumi. Ada lelaki itu di setiap binar matamu.”
“Tapi dia lebih dekat denganmu.”
“Itu bukan jaminan kalau dia mencintaiku. Sudahlah, pernikahanku adalah keputusanku. Jangan merasa bersalah perihal perasaanmu dengan lelaki itu.”
Semua percakapan dengan Kartika berputar ulang dalam kepalanya. Benarkah itu bukan bentuk pelarian Kartika? Marlin mendesah, menghalau kecemasan yang melingkupi hatinya.
“Marlin?”
Gadis itu melongok keluar. Entah sejak kapan Kimirza berdiri di teras, menggandeng seseorang yang kemudian dikenalkan kepadanya.
“Ini Haliza, calon istriku. Dia ingin melihat-lihat anggrek koleksimu.”
Marlin tercekat. Tenggorokannya kering. Ia menatap Kimirza dan gadis di sampingnya bergantian. Kartika salah. Kimirza bukan memilihnya. Tapi lelaki itu sudah punya pilihan lain.
“Kita tak perlu berlomba untuk seorang pria. Karena cinta itu masalah hati.” Kalimat Kartika kembali terngiang.
Mata Marlin memanas. Ya, cinta memang masalah hati.[]

3 komentar:

  1. Versi lengkapnya dong mba.. :D
    Jadi di koran ini brp karakter cerpennya?

    BalasHapus
  2. “Kita tak perlu berlomba untuk seorang pria. Karena cinta itu masalah hati.”
    bener mbak :D

    BalasHapus
  3. Mbak Rima, ini motong lupa nyimpan...ini tiga halaman 1,5 spasi Mbak :)

    Emely, hahaha begitulah Nak :)

    -Brin-

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...