Senin, 20 Januari 2014

Kuis Buku #Negeri Tanpa Nama

Negeri Tanpa Nama adalah kumpulan cerpen dari 25 penulis.
Senang sekali satu cerpen saya diberi kesempatan ikut nyelip di antara tulisan-tulisan keren. Tulisan saya sederhana banget. Judulnya 'TITIPAN'.
Idenya, ketika melihat foto-foto di sebuah surat kabar tentang desa di kabupaten Ponorogo yang banyak warganya mengalami keterbelakangan mental.

Nama-nama Penulis :
Maduretna Menali, Nong Djesse, Muhammad Rois Rinaldi,
Robby Anugerah, Muhammad Qhadafi, Ahmad Ijazi H,
Reni Heriani, Putra F.D Bali Mula, Ratna Mega Sari,
Fathorroz,i Imam Solikhi, Ni Putu Fatmaha Lindawati,
Miftah Aliya Fauziah, M. Arif Budiman, Elfa Nurul Annisa,
DG. Kumarsana, Arinny Fharahma, Shabrina WS,
Dudi Irawan, Hendra Saputra.

Cerita-cerita ini merekam kehidupan batin, pengalaman pribadi, polemik keluarga, dan sengkarut kasih sayang. Terbabar pula kerinduan dan kecintaan pada Orangtua, Ibu Pertiwi, dan orang-orang marjinal. Begitu beragam, begitu kaya. Seolah tiap kisah, dengan cara halus, berlomba menyuguhkan arus kesadaran. Patut dibaca, sangat patut. (Khrisna Pabhicara, cerpenis & penulis novel “SEPATU DAHLAN”)

"Dewasa ini, dunia fiksi terlalu sibuk dengan estetika sehingga makna setiap karya tenggelam dalam kegenitan kata-kata. Beberapa cerita dalam buku ini mengetengahkan hal sebaliknya. Fiksi memang tentang mengemas, tapi bukan berarti membuatnya menjadi genit. Semoga dalam perkembangannya, penulis-penulis dalam buku ini dapat terus berproses demi mencapai karya yang lebih baik, lebih matang dan lebih bermakna tanpa kehilangan keindahannya.”
(Benny Arnas, Cerpenis)

“Upaya mengumpulkan serpihan-serpihan kisah yang tercecer di berbagai daerah, dan menyatukannya menjadi sebuah buku, sungguh patut dipuji. Apalagi hampir semua penulis dalam buku ini berusia muda (hanya tercatat satu penulis yang berusia di atas 40). Mereka adalah nama-nama yang selama ini terlupakan namun menulis kisah-kisah yang tak terlupakan dalam caranya masing-masing. Kejelian dalam memilih dan memilah tema serta gaya dalam 21 cerita pendek yang terkumpul dalam buku ini, telah membentangkan sebuah peta baru tentang keindahan yang perih dari sebuah tempat bernama tanah kelahiran. Mereka berbicara tentang manusia, harapan dan impian, serta kritik dan empati dengan suara sayup. Tapi dari kesayupannya itulah, suara mereka sampai ke hadapan kita, dan menjadikan rumah bagi sekian pertanyaan yang tak pernah terjawab.”
(Hanna Fransisca, Penyair, Anggota Dewan Kesenian Jakarta)

Naah, kuisnya gampang. Apa yang terbayang pertama kali ketika mendengar atau membaca judul "Negeri Tanpa Nama" 
Jawaban di twitter dengan format (jawaban) #NegeriTanpaNama @shabrinaws_
Jawaban ditunggu sampai tanggal 21 Januari pukul 21.00. Ada 1 buku Negeri Tanpa Nama untuk yang beruntung. Terima kasih.

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...