Minggu, 25 Januari 2015

The Notebook; Benarkah keajaiban cinta itu ada?



Bagaimana wujud perasaan  dari hati dan jiwa yang terus hidup

Barangkali, mereka yang romantis  menyebutnya cinta

Dan mereka yang sinis menyebutnya tragedi.


Ketika kau dengan orang yang kaucintai menjelma laksana siang dan malam –bersama tapi tak bisa bersatu—barangkali pilihannya adalah; berhenti atau terus bertahan.  Tapi, tidak semua hal butuh pilihan bukan? kadang kita hanya butuh alasan. Dan “kemungkinan”  adalah alasan paling kuat untuk terus bertahan. Karena, dalam kemungkinan itu harapan tersimpan.

The Notebook, adalah kisah cinta semacam itu. Adalah Noah yang menjalani masa tuanya dengan membacakan sebuah buku harian yang ditulisnya untuk Allie, kekasih dan separuh jiwanya. Allie yang kehilangan hampir segalanya ketika Alzheimer merenggutnya kehidupannya. 

Benarkah kekuatan dan keajaiban cinta ada?

Nicholas Sparks membuka novelnya di bab pertama dengan judul ‘Keajaiban’. Saya membayangkan seorang lelaki tua dengan dua helai kemeja, celana panjang tebal, syal yang dililit dua  kali ke leher dan sebuah sweater tebal.

Saya juga membayangkan Noah, lelaki dengan penampilan berantakan itu, berjalan terseok-seok menyusuri lorong, dengan buku harian tua yang menguning, apak dan lepas beberapa lembarnya. Menuju sebuah kamar, membuka pintunya dan melihat seseorang dengan rambut kelabu meringkuk di ranjang.

Saya juga membayangkan, sesaat kemudian, suara lelaki tua itu bergetar, serak namun berusaha mengucapkan dengan lantang, dan kisah itu terdengar di sepanjang lorong, terpantul lewat dinding-dinding beku dan lantai yang dingin.

Bab kedua adalah bab kenangan. Dari mana kisah bermula, dan berlanjut di bab-bab berikutnya. Namun, begitu seakan-akan cerita sudah akan usai dan pembaca mendapat jawabannya, justru di sepertiga novel berikutnya masih menyisakan misteri.

Novel ini telah difilmkan. Dengan bagian-bagian seperti di buku ini, setting alam yang eksotis, saya jadi penasaran ingin melihatnya juga.

Saya pernah membaca karya Sparks sebelumnya; Dear John. Memang ada ciri khas seorang Nicholas Spark bagaimana membangun plot. Keduanya menarik. Hanya saja, begitu membuka lembar pertama, saya langsung menyelesaikan Dear John. Sementara untuk The Notebook ini, saya harus start tiga kali di bab awal, hingga akhirnya selesai.

Menguras airmata kalau saya bilang. Itu bagi yang sentimentil.  



Ada beberapa kalimat yang saya tandai di buku ini:

  1. Puisi, bukan diuntai untuk dianalisa; tujuannya untuk menimbulkan inspirasi tanpa alasan jelas, untuk menyentuh tanpa perlu memahami.
  2. Sebab keheningan adalah suatu yang murni. Yang mampu menyatukan seseorang , karenanya hanya mereka yang merasakan nyaman dengan kehadiran satu sama lain, yang dapat duduk bersama-sama tanpa bicara. Tanpa memecahkan keheningan itu sendiri.
  3. Kehidupan ini, sebenarnya hanyalah kumpulan dari kejadian-kejadian kecil. Masing-masing dijalani setahap demi setahap.

Pada akhirnya, saya menutup novel ini, dan merenung sejenak, benarkan keajaiban cinta itu ada?
Buku kedua untuk  Reading Challenge atau RC2015.

Judul: The Notebook
Penulis: Nicholas Sparks
Alih Bahasa: Kathleen S.W
Penerbit: Gramedia
Cetakan ke empat: Juni 2014
Tebal: 255

10 komentar:

  1. gimana sih cara bikin review yang singkat tapi padat dan ngena gini ya hiks. kecuali buku-buku yang tipis dan ceritanya simple bisa dipadatkan, saya kalo nulis review sering kepanjangan bener haha. mesti lebih rajin lagi nih mereview biar lama-lama makin ngerti nulis review yang baik ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Reviewmu asyik kok Mbak Evyta, sudah mampir ke sana, dan bikin pengen balik lagiii :)
      Ini singkat karena saya gak gape merebiew xixixi

      Hapus
  2. Reviewnya manis sekali :)
    padat dan jelas, review kayak gini nih yang bikin orang jadi kepengen baca buku :) keren mbak Shabrina ;)

    BalasHapus
  3. Kayakna punya deh file filmnya. Mau nyoba nonton ah :D

    BalasHapus
  4. nah ini nih review yang ngena dan langsung pengen baca buku itu -_-

    BalasHapus
  5. Wah, Pak Nicholas Sparks ini rajanya bikin cerita drama yang manis dan menguras airmata, ya. Pertama kali baca karya beliau itu A Walk To Remember. Memang menguras air mata :)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...