pernah semesta
menepukmu,
lewat guyuran cahaya
matahari sepenggalah
menarikmu, dari jelaga kelumpuhan
pernah semesta mengirim
cahaya,
pada lengkung langit
yang penuh gugusan bintang
ke ujung langkahmu yang
goyang
lalu angin bersiut
kepadamu,
bumi bukan rumah, ia
jalan menuju pulang
sementara waktu seperti
tombak yang terus berputar
mencongkel
kepingan puzzle yang kaubiarkan tak terpasang
kini, kaurutuki semesta
kaubilang ia berkoloni
mengepungmu,
melumpuhkanmu,
mengikatmu.
kaukumpulkan alasan,
kaukumpulkan pembenaran
kenapa,
kenapa tak kau terima
saja kesakitan itu
luka-luka itu
nyeri-nyeri itu
barangkali dengannya,
bisa kau bayar sebagian
demi sebagian
kesalahan masa lalu
yang telah menjauh darimu.
*Untuk pengiriman puisi ke Republika alamatnya
islamdigest@redaksi.republika.co.id minimal 5 puisi. Kalau cerpen ada konfirmasi pemuatan tiap Kamis, kalau puisi tidak ada konfirmasi.
islamdigest@redaksi.republika.co.id minimal 5 puisi. Kalau cerpen ada konfirmasi pemuatan tiap Kamis, kalau puisi tidak ada konfirmasi.
kata-kata yang manis namun menghunjam....telak.
BalasHapusMakasih dah mampir Mbak Dwi 😍
HapusMba Sha, pas kirim tgl berapa kah? Saya salah alamat rupanya ... kurang pusing-pusing sih :D
BalasHapusDuh.. mashaallah. Keren mbk brina
BalasHapusDuh.. mashaallah. Keren mbk brina
BalasHapusBagus bingitssss... MasyaAllah.. He he.. Pingin diajari bagaimana menjala kata kata dari ribuan peristiwa...
BalasHapusBagus bingitssss... MasyaAllah.. He he.. Pingin diajari bagaimana menjala kata kata dari ribuan peristiwa...
BalasHapuskece mbak
BalasHapusGmn mb sabrina untuk mengetahui dimuat/tidaknya puisi yg dikirim? Mksh
BalasHapus